Kamis, 13 Januari 2011

PERANAN RADIO DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

ABSTRAK

Radio adalah media komunikasi yang tergolong dalam media massa yang digunakan untuk penyampaian pesan kepada khalayak. Radio memiliki daya tembus, daya langsung, dan daya tarik. Ketiga daya tersebut merupakan keunggulan radio dalam meningkatkan kefektivitasan pesan yang disampaikannya. Pembangunan pertanian adalah suatu upaya peningkatan produksi pertanian melalui ketahanan pangan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan penyebaran informasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan juga penyebaran hasil pertanian secara merata. Radio merupakan media massa yang cukup efektif dalam menyampaikan informasi pertanian dan penyebaran hasil pembangunan. Kemudahan dalam mengaksesnya, serta harganya yang cukup murah menjadikan radio efektif dalam pembangunan pertanian khususnya di daerah pedesaan.

Kata Kunci : Media Massa, Radio, Pembangunan Pertanian

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Radio merupakan salah satu bentuk dari media massa. “Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi” (Changara, 2006:119). “Radio mendapat julukan sebagai ”kekuasaan yang kelima” (the fifth estate), setelah pers…”. Oleh karena itu, media radio digunakan dalam menyampaikan pesan, ataupun informasi dari suatu sumber kepada khalayak. Menurut Changara (2006:124) kelebihan media radio dibanding dengan media massa yang lainnya adalah cepat dan mudah dibawa kemana-mana, dan dapat didengar sambil mengerjakan pekerjaan yang lain, seperti mancuci, mengendarai mobil, memasak, menulis, dan semacamnya. Radio telah banyak dimanfaatkan kegunaannya bagi kehidupan masyarakat, dan telah menjadi media yang cukup populer untuk menyebarkan berbagai informasi. Diantaranya, kegunaan radio untuk pembangunan pertanian, yaitu sebagai media penyebar informasi, pesan, dan hasil dari pembangunan.
Menurut (Rogers,1983) dikutip dalam Nasution (2002:28) definisi pembangunan adalah:
“suatu perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan, dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka”
Adapun menurut Syahyuti (2006) dikutip dalam Dewi (2008:18), pembangunan pertanian merupakan “suatu upaya peningkatan produksi pertanian melalui ketahanan pangan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani”. Dalam proses pembangunan pertanian, radio mempunyai peran sebagai media yang menyampaikan informasi pertanian yang menunjang untuk peningkatan produksi pertanian serta untuk memberdayakan masyarakat petani dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Radio dapat dijadikan sebagai media dalam pembangunan pertanian karena dinilai cukup efektif dalam proses penyebaran informasinya. Penyampaian informasi dalam media radio dilakukan dengan cara two way communication dan bersifat interaktif serta kemudahan dalam mengaksesnya karena relatif murah (Kifli, 2007:123). Kemudahan tersebut berdampak positif bagi masyarakat petani yang umumnya mereka memiliki keterbatasan dalam mengakses sumberdaya. Dengan keunggulan dan kemudahan tersebut, diharapkan media radio dapat berperan banyak dalam meningkatkan pembangunan pertanian.

2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah untuk:
1. Memberikan informasi mengenai peran media dalam proses pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan dalam bidang pertanian.
2. Menjelaskan kelebihan atau keunggulan, kelemahan, serta hambatan-hambatan media radio dalam menyampaiakan pesan informasi pembangunan.
3 . Rumusan Masalah
1. Sejauh mana media radio dalam pembangunan pertanian di Indonesia?
2. Bagaimana cara media radio dalam mengefektivitaskan penyampaian pesan dan informasi hasil pembangunan?
3. Hambatan apa yang terjadi pada media radio dalam menyampaikan pesan dan informasi pembangunan?

4. Kegunaan
1. Kegunaan Akademis
Kegunaan tulisan ini dari segi akademik sebagai tinjauan, acuan, dan perbandingan sebuah penulisan lebih lanjut, sebagai jawaban atas permasalahan yang berkenaan dengan penyampaian pesan oleh radio.
2. Kegunaan Nonakademis
Kegunaan dari segi nonakademik yaitu untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai peran dan sejauh mana media radio dalam proses pembangunan pertanian, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kefektifan serta hambatan media radio dalam pembangunan pertanian.











I. Radio dalam Pembangunan Pertanian
Radio sudah lama dimanfaatkan kegunaannya dalam berkomunikasi bagi manusia. Radio pada awalnya mempunyai tiga kegunaan, yaitu sebagai alat hiburan, alat penerangan, dan alat pendidikan, namun setelah meletusnya perang dunia melanda negara-negara eropa fungsi radio bertambah sebagai alat propaganda yang bertujuan untuk menyampaikan ideologi suatu bangsa ke dalam ataupun luar negeri. Pada masa sekarang ini, kemungkinan besar radio dimanfaatkan sebagai alat hiburan, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya kehadiran radio-radio lokal yang program utama acaranya adalah hiburan, seperti musik. Adapun peran yang lain dari radio adalah sebagai alat penerangan atau penyebar informasi.
Salah satu peran radio dalam menyampaikan informasi adalah berpartisipasi dalam pembangunan pertanian. Dalam pembangunan pertanian, radio sebagai penyebar pesan dan hasil-hasil pertanian. Esensi dari pembangunan pertanian itu sendiri adalah adanya upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian seperti bertambahnya inovasi dan kemajuan teknologi, dan adanya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pesan dan informasi yang disampaikan dari hasil pembangunan memiliki suatu tujuan. Dalam usaha pembangunan, haruslah bertujuan untuk meningkatkan derajat manusia, terutama masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan agar mereka dapat hidup layak. Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan dalam pembangunan adalah mengurangi tingkat kemiskinan. Dalam pembangunan pertanian, maka yang harus dilakukan adalah mengurangi tingkat kemiskinan pada masyarakat petani dengan cara meningkatkan produksi pertanian.
Di Indonesia, peran radio dalam pembangunan pertanian telah dilakukan sejak dahulu. “Dalam ringkup radio, dikenal Siaran Pedesaan, yang mula-mula dimulai sebagai Siaran Pertanian”. “ Di samping itu suatu skripsi tentang Siaran Pedesaan di Kulon Progo (khususnya tentang pedesaan oleh TVRI-Yogyakarta dengan nama “mBangun Desa) membuktikanbahwa pelaksanaan yang dianjurkan oleh siaran tersebut lebih terjamin dan berhasil di desa-desa di mana terbanyak anggota kelompoknya adalah wanita” (Susanto,1982:177). Contoh tersebut telah membuktikan bahwa di Indonesia radio telah berperan dalam pembangunan pertanian melalui program Siaran Pedesaan.

Tabel III.8 Manfaat Mendengarkan Acara Siaran Pedesaan

No
Manfaat Frekuensi
Jumlah
%
U.Karang K. Koto Sei.Salak
1. Menambah informasi tentang pedesaan 16 19 - 35 30,7
2. Menambah wawasan/pengetahuan tentang pertanian 8 16 29 53 46,4
Sumber : Data Primer (Depdikbud 1998)
Catatan : N= 114. Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban
Menurut Alfitri et al (1998), “Tabel diatas menerangkan bahwa manfaat mendengarkan acara siaran pedesaan sebagian besar adalah untuk menambah wawasan/pengetahuan tetntang pertanian (46,4%). Intensitas tertinggi yang menjawab pertanyaan tesebut adalah warga desa Sungai Salak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siaran pedesaan sangat berperan aktif dalam proses sosialisasi masyarakat, khususnya pada masyarakat pedesaan yang umumnya bermatapencaharian dari sekor pertanian/ladang. Secara tidak langsung acara tersebut beperan aktif dalam membentuk pola pikir kaum tani”.















II. Keefektivan Radio dalam Penyampaian Pesan dan Informasi Hasil Pertanian
Radio merupakan media yang tepat untuk menyampaikan pesan dan informasi dalam pembangunan pertanian. Menurut Ariyani (2008:15), “Adapun alasan penggunaan media radio, yakni dapat menjangkau banyak orang dalam waktu yang sama, menumbuhkan pemikiran pada para pendengar tentang masalah yang sedang dihadapi, dan menyebarluaskan informasi secara cepat dalam keadaan darurat”. Menurut Wiriatmaja (1977) dikutip dalam Ariyani (2008:15), cara yang dapat ditempuh untuk mencapainya adalah : (1) tumbuhkan kegemaran untuk mendengarkan radio secara berkelompok di pedesaan, (2) tumbuhkan kegemaran untuk mendengarkan radio secara berkelompok di pedesaan, (3) tumbuhkan kegemaran untuk berkorespondensi dengan studio radio atau dengan dewan pembina siaran pedesaan guna mengemukakan keinginan, keperluan, dan pendapatnya, (4) penyuluh juga harus sering berhubungan dengan studio radio, (5) acara-acara yang menarik supaya diumumkan terlebih dahulu, (6) mengirimkan secara teratur berita, cerita, dan pandangan tentang hal-hal yang terjadi setempat kepada studio radio, (7) usahakan partisipasi dari orang-orang daerah yang berbakat untuk mengisi acara radio.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan radio, yaitu daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya langsung radio siaran yaitu proses penyusunan dan penyampaian pesan yang relatif cepat. Daya tembus berkaitan dengan sifat radio siaran yang tidak mengenal jarak dan rintangan. Sedangkan daya tarik yaitu adanya tiga unsur yang ada pada radio, yaitu musik, kata-kata, dan efek suara (sound effect). Keunggulan tersebut mendukung untuk memudahkan dalam penyampaian pesan.
Dalam pembangunan pertanian pada komunitas Dayak di Kalimantan Barat, dalam penyampaian informasi pembangunan pertanian dan pengemasan materi komunikasi yang tepat, informasi dan teknologi dapat diakses oleh masyarakat Dayak melalui radio dengan mudah dan relatif murah, serta memiliki peluang untuk menjangkau pendengar yang lebih luas dan dapat diakses secara lebih murah (Kifli,2007:123). Oleh karena itu, radio merupakan media komunikasi yang efektif dalam penyampaian informasi pembangunan pertanian karena aksesnya mudah dijangkau oleh masyarakat petani yang umumnya memiliki keterbatasan ekonomi.



III. Hambatan Radio dalam Penyampaian Pesan Pembangunan
Media radio selain memiliki keunggulan dan efektif dalam menyampaikan pesan pembangunan, juga memiliki hambatan. Dalam proses pembangunan, manusia ada kecenderungan untuk menginginkan sifat manusiawi, yaitu situasi tatap muka atau komunikasi antarpribadi (interpersonal communication). “ Karena radio merupakan suatu alat mati, maka radio sebenarnya tidak mempunyai sifat-sifat manusiawi tersebut”. Agak lain halnya dengan televisi yang di samping suara, masih membawa gambar dari komunikator, sehingga penyajian pesan nampaknya menjadi lebih “manusiawi’ dengan terjadinya tatap muka yang semu (Susanto,1982:175). Selain itu, ada kelemahan radio yang menghambat penyampaian pesan, “ Bahwa radio juga memiliki kelemahan, terutama informasinya yang selintas membuat informasi yang disampaikan sulit diingat, karena siaran radio melalui pendengaran dan hanya sekali maka informasi tersebut tidak bisa di dokumentasikan oleh pendengarnya” (Romli,2004) dikutip dalam Puspitasari (2009:10).
Hambatan-hambatan radio dalam komunikasi pembangunan dapat diatasi oleh beberapa cara. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas penyampaian esapesan pembangunan adalah dengan pendekatan manusiawi. Pendekatan manusiawi tersebut ialah pemanfaatan informasi oleh komunikator tentang situasi khalayak yang ingin dicapai. Menurut Susanto (1982:182), cara tersebut dapat berupa teknik penyajian, erudisi, relevansi, dan sifat lokal. Dengan cara tersebut merupakan unsur-unsur yang dapat mendekatkan komunikator dengan khalayak, terutama komunikator yang tidak berhadapan muka dengan khalayak.














IV. Kesimpulan
Radio merupakan media komunikasi yang cukup efektif dalam pembangunan pertanian. Media radio telah dimanfaatkan dalam pembangunan pertanian dengan adanya program “Siaran Pedesaan” seperti yang telah dilakukan di Jawa Barat, Kolon Progo, Yogyakarta, dan di Sumatera Barat. Melalui program tersebut diharapkan dapat meningatkan tujuan pembangunan pertanian, yaitu meningkatkan produktivitas pertanian dengan teknologi dan inovasi serta mengurangi tingkat kemiskinan yang umumnya terjadi pada masyarakat petani. Radio merupakan media komunikasi yang efektif dalam pembangunan pertanian di pedesaan karena dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat petani karena biaya untuk mengaksesnya relatif murah. Selain itu, adanya faktor daya langsung, daya tembus, dan daya tarik yang memungkinkan keefektivitasan media radio dalam pembangunan pertanian. Selain efektif, radio juga mempunyai beberapa kelemahan dan hambatan, yaitu radio dinilai kurang bersifat manusiawi, karena tidak dapat menciptakan situasi tatap muka, kelemahan yang lain yaitu, informasi yang disiarkan oleh radio bersifat langsung dan hanya sekali sehingga tidak bisa di dokumentasikan oleh pendengarnya.



















Daftar Pustaka

Alfitri, Noveri, Samin Y, AR Getri, Defrizal,...Johor B. 1998. Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Daerah Sumatera Barat. Padang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ardianto E., Erdinaya LK. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 355 hal.
Ariyani L. 2008. Keefektifan Program Siaran Radio Pertanian Ciawi (Studi Kasus: Iklan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di Kecamatan Ciawi, Bogor). Skripsi Sarjana. Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB. Tidak dipublikasikan
Cangara H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 160 hal.
Dewi SP. 2008. Analisis Permasalahan Struktural Masyarakat Petani dan Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian. Skripsi Sarjana. Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB. Tidak dipublikasikan
Kifli GC. 2007. Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian pada Komunitas Dayak di Kalimantan Barat: Forum Penelitian Agro Ekonomi [internet].[dikutip 14 November 2010]; vol.2 No.25 (Desember), 117-125, dapat diunduh dari : http:// pse.litbang.deptan.go.id
Nasution Z. 1988. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 238 hal.
Puspitasari N. 2009. Persepsi Khalayak Pendengar Tentang Mutu Siaran Radio Pertanian Ciawi (Studi Kasus: Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi dan Desa Ciriung, Cibinong).Skripsi Sarjana. Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB. Tidak dipublikasikan
Rousydiy TAL. 1985. Dasar-Dasar Rhetorica Komunikasi dan Informasi. Medan: Firma Rainbow Medan. 413 hal.
Susanto AS. 1982. Komunikasi Massa. Bandung: Binacipta. 187 hal.

Jumat, 24 Desember 2010

3 Hari di Cianten

CATATAN HARIAN TURLAP SOSPED

Jumat, 10 Desember 2010
Pkl. 06.00-09.30
Pagi-pagi sekali saya sudah harus bangun, mempersiapkan barang-barang yang harus dibawa. Ya ampun…berat banget tas ransel saya ternyata, padahal cuma tiga hari, saya berniat untuk mengurangi barang bawaan, tapi ga jadi karena saya takut nanti kekurangan setibanya di desa. Akhirnya saya berangkat dari rumah menuju kampus. Kami, KPM 46 dan 45 berkumpul di depan ATM Centre. Setibanya disana, saya bertemu dengan teman-teman seangkatan yang sedang bercakap-cakap ataupun yang sedang sibuk mengurusi barang bawaannya. Sebelum berangkat menuju desa masing-masing, kami briefing dulu dengan para asisten untuk diberikan penjelasan mengenai teknik pemberangkatan. Setelah briefing selama beberapa menit, kami pun disuruh untuk menempati angkot sesuai dengan kelompoknya.
Sebelum berangkat, tak lupa kelompok saya berfoto dahulu untuk mendokumentasikannya. Moment saat itu dipakai anak-anak KPM untuk ber-narsis ria. Kemudian, akhirnya kami berangkat dari kampus sekitar jam 7an, dan kami konvoi menuju desa. Ada 5 desa dalam turlap tahun ini, yaitu desa Ciasihan, Ciasmara, Cibunian, Purwabakti, dan Purasari. Saya kebagian di desa Purasari. Dalam perjalanan, saya merasa ngantuk sekali dan saat itu cuaca gerimis, dan ketika jalan sudah mulai mandaki dan berkelok- kelok, angkot yang saya tumpangi sempat mogok dan harus diperbaiki. Saya sangat takjub melihat pemandangan di sekitar perjalanan. Pemandangannya sangat indah sekali, hamparan gunung menjulang, sawah, lembah, dan pohon-pohon rindang yang terlihat dari jauh seperti hutan menarik perhatian saya. Namun, saat itu saya merasa mual dan pusing karena kondisi jalan yang jelek dan banyak tikungannya.
Kami sampai di perkebunan teh Cianten. Saya pun takjub lagi melihat hamparan kebun teh hijau yang menghiasi setiap pinggir jalan yang kami lewati. Rombongan kami diturunkan di kantor induk Perkebunan Cianten atau di kantor PTPN 8. Kami disambut oleh pihak dari PTPN dan memintz izin untuk tinggal di wilayah tersebut selama 3 hari 2 malam. Setelah diizinkan, kamipun segera bersiap-siap untuk menuju rumah tempat kami tinggal. Tak jauh dari kantor PTPN, kami menaiki angkot menuju rumah tersebut. Angkot berhenti di jembatan, dan kami pun segera turun. Saya melihat rumah yang akan kami tempati dari kejauhan, rumahnya tidak besar, tidak terlalu bagus, cukup sederhana, namun cukup bersih. Kami menuju rumah tersebut dengan rasa penasaran, kemudian tiba di depan rumah kami disambut oleh ibu yang punya rumah. Namanya adalah Ibu Dedeh, usianya mungkin sekitar 40an, tetapi wajahnya masih terlihat muda dan cantik. Kami kemudian masuk kedalam dan langsung disuguhi minum dan makanan kecil.
Kami disuguhi minum berupa teh hangat asli dari kebun teh Cianten, karena saya sangat haus, maka saya pun mulai mengambil segelas the hangat. Rasa dari teh tersebut sangat aneh, beda dari teh biasa yang saya minum di rumah. Rasanya agak sepet, tapi setelah saya minum teh itu, entah kenapa rasanya segar sekali. Setelah beramah-tamah dengan Ibu Dedeh, kami pun beristirahat melepas lelah sejenak.
Pkl. 09.30-15.00
Ibu Dedeh mempersilahkan kami untuk beristirahat, dan menunjukkan kamar yang kami tempati. Saya pun langsung menuju kamar untuk mengantarkan barang bawaan yang sangat berat dan sejenak beristirahat. Tak lama berdiam diri di kamar, saya diajak oleh teman-teman untuk melihat-lihat daerah dusun Sindangreret dengan pemandangannya yang indah. Ternyata, di dekat rumah Ibu Dedeh, terdapat kali yang airnya sangat jernih. Saya dan teman-teman turun ke kali untuk merasakan airnya yang dingin, dan tak lupa kami berfoto-foto. Setelah merasakan dinginnya air kali, sayapun berunjung ke salah satu warga dusun yang mendirikan sebuah warung di pinggir jalan. Warung tersebut menyediakan snack, minuman, gorengan, indomie rebus, dan berbagai makanan kecil yang lain. Saya duduk di saung yang telah disediakan untuk menikmati udara segar di dusun tersebut sambil melihat pohon pinus yang berdiri tegak di di sebelah warung tersebut.
Pukul 12.30, setelah shalat jumat selesai, kami pun berkumpul di ruang tengah. Kemudian kami berkenalan dengan Pak Rosyid, pemilik rumah tempat kami tinggal. Setelah ngobrol sebentar, kami diajak makan bersama. Ibu Dedeh menyiapkan makanan untuk kami. Saya melihat menu yang dibawakan Ibu, cukup sederhana. Menu nya adalah nasi, ayam kecap, ikan teri, sambal hijau, dan yang paling membuat saya penasaran adalah semangkok sayur hijau yang dimasak kering. Kata Ibu itu adalah galideur yaitu daun singkok yang telah ditumbuk, kemudian digoreng dengan bumbu. Saya mencicipi galideur dengan ikan teri dan sambal hijau, hmmm…rasnay enak sekali. Setelah makan siang, saya kemudian segera mengerjakan shalat dzuhur.
Pkl. 15.30-17.30
Setelah menyelesaiakan shalat ashar, kami berrencana untuk melakukan observasi lapang ke warga masyarakat atau penduduk Dusun Sindangreret. Saat itu turun hujan dan Kelompok kami dipecah menjadi dua tim. Dengan ditemani oleh Ibu Dedeh, tim saya yang terdiri dari empat orang, berkunjung ke salah satu rumah warga. Kami bekunjung ke rumah Pak Endang, beliau adalah salah satu pegawai di PTPN sebagai juru tulis. Kami mewawancarainya terkait dengan masalah yang menjadi topik kami dalam turun lapang.
Pkl. 18.00-10.00
Shalat maghrib bersama di musholla samping rumah. Saya dan teman-teman ingin menunggu azan isya di musholla dengan mengobrol. Sambil mengobrol, pandangan saya melihat kearah depan dengan pemandangan sungai yang terlihat coklat sehabis turun hujan yang cukup lebat. Menurut Ibu Dedeh, Desa Cianten hampir setahun tidak mengalami musim kemarau, dan hujan memang seringkali turun dengan intenisitas rendah. Tadi pagi saya melihat sungai itu berwarna jernih, sekarang setelah hujan turun, airnya malah kotor. Mungkin ada material dari gunung yang menyebabkan air tersebut menjadi keruh. Di pinggir sungai tersebut juga terlihat dan terdengat suara-suara music dangdut. Rupanya ada yang sedang hajatan.
Pkl. 20.30, kami berniat untuk jalan-jalan malam mencari sinyal handphone, yang tidak kami temukan di daerah tempat kami tinggal. Untuk mendapatkan siyal hp, kami berjalan cukup jauh menuju ke kantor induk ptpn, tempat kami kemarin singgah pertama kali. Keadaan jalan menuju sana sangat gelap sekali dan kami hanya membawa dua senter. Jam segini mungkin orang-orang desa Cianten tidak biasa untuk keluar malam, ini terbukti dengan keadaan jalan yang sangat sepi. Tak lama kam sampai di kantor PTPN, tentu saja kantor sudah tutup jam segini. Saya melihat handphone, huh..masih saja belum ada sinyal. Akhirnya, kami pun kembali ke rumah. Setelah sampai, saya langsung tidur, dan ketika tidur saya merasa sangat dingin sekali karena Cianten memang dekat dengan Gunung dan tentu udaranya sangat dingin.

Sabtu, 11 Desember 2010
Pkl. 05.00-12.00
Saya bangun pagi untuk shalat subuh. Saya merasakan rasa dingin yang sangat dan sampai ke tulang. Setelah shalat saya dan teman-teman berkumpul di ruang tengah, untuk mengobrol. Setelah hampir dua jam, kemudian saya mandi. Setelah itu, saya sarapan pagi dengan biscuit dan snack yang saya bawa dari Darmaga. Setelah semua teman sekelompok selesai mandi, kami berencana untuk pergi observasi lagi. Kali ini kami pergi kantor induk PTPN untuk mencari data. Kami berangkat bersama. Sampai disana kami dipersilahkan masuk dan duduk di sofa. Kami semua duduk di sofa. Tak lama, salah satu pegawai disana menemui kami dan berkenalan. Namanya adalah Pak Hasan,dari bagian Humas. Kami pun mengutarakan maksud dari tujuan kami kesana kepadanya, yaitu untuk mencari data dan informasi mengenai PTPN. Kami mewawancarainya dan beliau menjelaskan seluk beluk tentang PTPN. Dan kami pun mendapatkan informasinya. Setelah itu, kami berfoto-foto dengan Pak Hasan.
Keluar dari kantor PTPN, kami berpencar. Ada beberapa tim yang akan mewawancarai tokoh masyarakat di Desa Cianten. Saya dan tiga orang teman berniat untuk pergi ke kebun teh untuk mewawancarai pemetik teh. Setelah itu, saya berjalan-jalan sebentar di kebun teh untuk menikmati pemandangan yang cukup indah. Saya juga diajarkan cara memetik teh yang benar. Setelah puas dengan bermain di kebun the, saya dan teman-teman kembali pulang ke rumah. Sebelum tiba di rumah, kami berhenti dahulu di warung pinggir jalan milik Ibu Dedeh. Saya pun duduk di saung nya dan memesan bakso yang dijual oleh anak Ibu Dedeh yang sudah berkeluarga.
Pkl. 12-00-17.00
Saya kembali ke rumah Ibu Dedeh. Saya segera menunaikan shalat dzuhur. Ketika kami sedang beristirahat, tiba-tiba di rumah kedatangan Pak RT 03. Namanya adalah Pak Ardi, beliau asli penduduk Cianten. Kedatangannya adalah untuk memenuhi undangan kami. Kami banyak bertanya kepadanya tentang kehidupan masyarakat di RT nya. Setelah selesai mewawancarai Pak RT, kami beristirahat sejenak. Saya sempat tidur sejenak, namun kemudian bangun ketika mendengar suara azan. Saya pergi shalat dan kemudian bersiap-siap untuk curhat desa. Curhat desa dilakukan di dekat kantor PTPN, di atas. Setelah curhat desa selesai kami kembali pulang. Di rumah, kami kedatangan tamu dari kelompok lain yang ingin bersilaturahmi. Ibu Dedeh pun menawarkan kami makan siang. Kami makan siang bersama. Menunya adalah tempe, galideur, sayur bayam, dan sambal. Saya makan dengan lahap, maklum karena tadi pagi belum sarapan dan siangnya kami pergi berjalan-jalan. Setelah makan kami bermain-main.
Pkl. 18.00-21.00
Azan maghrib berkumandang. Saya langsung mengambil air wudhu dan pergi ke musholla. Saya agak kaget melihat musolla ramai. Biasanya setiap saya kesana, musholla selalu sepi. Hanya saya dan teman-teman yang dating kesana. Musholla saat itu ramai dengan anak-anak yang ingin mengaji. Ternyata, anak-anak tersebut adalah muridnya Ibu Dedeh. Ibu Dedeh, juga mengisi waktunya untuk mengajar mengaji anak-anak Dusun. Saya pun diajak mengaji oleh Ibu. Pengajian dimulai dengan membaca shalawatan. Anak-anak itu cukup pintar membaca shalawat, saya saja tidak sampai sehafal itu. Setelah membaca shalawat, mereka membaca doa sehari-hari seperti, doa sapu jagat, doa sebelum dan sesudah makan, doa sebelum tidur, dll.
Pengajian usai. Tetapi mereka belum diperbolehkan pulang. Ibu Dedeh mempersilahkan saya dan teman saya untuk berkenalan dengan anak-anak. Ternyata mereka rata-rata masih SD, tapi ada juga satu orang yang sudah SMP. Saya bertanya pada mereka tentang sekolah, hobi, dan cita-cita. Mereka pun juga bertanya kepada saya tentang bagaimana cara untuk dapat berkuilah di IPB. Jam sudah menunjukan pkl Sembilan malam. Mereka pun pulang dan saya kembali ke rumah.
Minggu, 12 Desember 2010
Pkl. 06.00-09.00
Kami bangun pagi. Kira-kira pukul 6 pagi kami diajak berjalan-jalan pagi oleh Ibu Dedeh. Rute kami untuk jalan pagi adalah jalan menuju chevron. Kami tidak hanya dengan Ibu, tetapi juga dengan anak-anak pengajian kemarin malam. Perjalanan kesana sangat asri sekali. Udaranya sangat sejuk sekali ditambah dengan hamparan perkebunan teh yang menghijau. Indah sekali. Saya melihat daerah tempat kami tinggal dikelilingi oleh gunung-gunung. Pantas saja tidak ada sinyal handphine disini. Tapi, ketika kami menuju ketempat yang agak tinggi, bisa disebut sebuah bukit kecil, kami akhirnya menemukan sinyal hp. Saya sangat senang sekali.
Perjalanan kami tidak sampai menuju perusahaan chevron, karena menurut Ibu, untuk menuju kesana masih jauh lagi dan cuaca saat itu mendung. Benar sekali, tak lama turun hujan disana dan kami kehujanan. Akan tetapi, tiga teman kami tetap ingin menuju kesana. Dengan suasana hujan, kami puu pulang. Sesampainya dirumah, kami disuguhi sarapan pagi. Menunya adalah tempe goreng, sambal hijau, sambal merah, sayur jagung campur buncis, dan tongseng cumi. Kami makan dengan lahap.
Pkl. 09.00-15.00
Selesai makan, kami bersiap-siap untuk packing. Menurut asisten, kami sudah harus ada di kantor induk pukul 14.00 siang, dan sesudah dzuhur kami sudah harus meninggalkan rumah. Kami mulai mandi, dan membereskan kamar. Dzuhur pun tiba. Kami mengeluarkan barang-barang, dan kemudian izin berpamitan dengan warga. Sebelum pamit, tentunya ada beberapa kenang-kenangan untuk mereka. Kami memberikan parsel dan beberapa uang kepada Ibu Dedeh. Kemudian kami berfoto bersama. Saat kami pulang, anak-anak mengiringi kami dengan marawis. Ramai sekali. Kami pun terkesan. Akhirnya, kami pun memberi kenang-kaenangan juga kepada mereka. Angkot yang akan membawa kami pulang sudah dating, dan mau tidak mau kami harus mempercepat waktu kepulangan. Kami naik angkot menuju kantor ptpn. Disana teman-teman KPM sudah menunggu kami. Setelah semua tim sudah tiba, kami pun berangkat bersama. Setelah hampit 2 jam perjalanan, kami pun tiba di kampus dengan selamat.